Hari ini, satu lagi teman kami pergi. Allah SWT telah membebaskannya dari ujian sakit yang telah begitu lama beliau derita. Hari ini, kami teman-teman beliau, mulai memutar kembali memori panjang kebersamaan. Hari lalu, betapa indahnya. Lantas hari ini? Kami menyertainya dalam suasana sedih penuh keikhlasan.
Saya pernah menghadiri acara silaturahmi PGRI sekecamatan. Waktu itu, guru-guru yang akan pensiun dihadirkan ke panggung untuk menerima bingkisan. aka tampillah guru-guru SD hingga SMU yang memasuki masa pensiun. Beraneka profil mereka saat di panggung. Ada yang masih segar dan gagah, ada yang mulai berjalan pelahan dan menunjukkan keadaan kesehatan yang kurang, ada yang didorong di atas kursi roda, dan ada yang diwakilkan karena sudah tiada.
Salah seorang senior saya turut maju ke panggung. Beliau masih segar dan terlihat paling sehat diantara semua yang ada di panggung. Para tamu di sekitar saya pun terdengar berkomentar untuk Beliau dalam komentar yang positif. "Itu sudah pensiun? Masih sehat ya?" Dan yang menggelitik,"Saya mau seperti Ibu yang itu, pensiun dalam keadaan segar dan hidup."
Penghargaan yang diberikan memang sederhana saja ternyata. Bahan baju. Tapi, saat semua yang hadir memberikan selamat pada mereka yang di panggung. Kaca-kaca di mata saya mulai terasa. Ucapan selamat itulah penghargaan paling bermakna untuk mereka.
Hari ini, penghargaan terasa begitu dalamnya bagi teman kami yang wafat. Apapun yang beliau lakukan dulu di sekolah, bisa menjadi cermin bagi kami. Tentunya dengan mengambil yang baik dan menyimpan yang kurang baik jauh dalam hati saja. Saya mulai meraba, akankah orang datang begitu banyaknya jika tiba saat saya nanti? Teman-teman, murid, kerabat, tetangga, mereka semua akankah datang dengan segenap penghargaan?
(sepenuh hati mengenang Ibu Bachziar :1956--2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar